GpOpBUdpGSz7TfA0TSG7TpAlTi==

Headline:

Makan Siang di Menara Food Court, Ada Sega Santri dan Nasi Pecel Pakis Khas Kudus

Menara Food Court lokasinya sangat strategis, hanya 50 meter sebelah utara Masjid Menara Kudus. (Badiatul Muchlisin Asti)

Saya punya jujugan kuliner langganan di Kudus, terutama saat sambangan anak saya yang mondok di Kudus, yaitu di Pusat Kuliner Menara Waroeng Kita (Warkit) Reborn. Pusat kuliner ini memang yang paling sering kami jadikan sebagai tempat ngobrol sekaligus makan siang bersama anak saya, Hanum.

Dulu, ketika kedua kakaknya, Bina dan Mumtaz, juga mondok di Kudus, kami juga sering menjadikan Warkit Reborn sebagai tempat ngobrol dan makan siang. Selain memang lokasinya sangat dekat dengan pondok tempat anak saya nyantri, juga pilihan menunya sangat banyak. Saya pernah mengulasnya di artikel berjudul Menu-menu Favorit di Pusat Kuliner Waroeng Kita Reborn Kudus. 

Tentu, bukan pusat kuliner itu satu-satunya jujugan kami. Kami juga beberapa kali ke Taman Bojana, Soto Pak Denuh, Soto Bu Jatmi, dan lainnya, juga pernah tak sengaja ke Ikan Bakar Pak Untung yang ternyata sangat lezat.

Menara Food Court Kudus

Dan, pada kesempatan sambangan hari Jumat (29/8/2025), saya punya alternatif jujugan kuliner baru yang telah saya incer sebulan sebelumnya haha... Saya tak sengaja melihatnya saat melewati ruas jalan Masjid Menara Kudus. Saya lewat saat hari masih amat pagi, sekitar pukul 07.00, sehingga pusat kuliner itu belum buka.

Pusat kuliner itu bernama Menara Food Court. Lokasinya sangat strategis. Hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Menara Kudus. Sebelah utaranya ya. 

Siang itu, saya pun ajak istri dan Hanum makan siang di foud court (pujasera) itu. Sepertinya, variasi makanannya menarik. Ada tawaran menu-menu tradisional seperti sayur lodeh dan opor ayam. Juga menu-menu kekinian seperti ayam geprek dan rice bowl. Setidaknya, itulah menu-menu yang tercantum di banner yang menempel di dinding depan food court.

Ada sepuluh kedai di Menara Food Court yang masing-masing kedai menawarkan pelbagai menu yang berbeda. Di antaranya Warmie & Sego Santri. (Badiatul Muchlisin Asti)

Sepuluh Kedai

Kami pun masuk ke foud court yang di dalamnya terdapat sepuluh kedai yang menawarkan pelbagai menu yang berbeda. Setelah menyapu pandangan ke semua kedai, pilihan saya jatuh pada Kedai Rasa Barokah. Kedai ini menawarkan menu-menu tradisional seperti rawon, soto sulung, asem-asem daging, sop balungan, gado-gado, pecel Madiun, dan pecel pakis.

Pilihan saya jatuh pada pecel pakis. Pecel ini populer sebagai kuliner khas Kudus. Saya pernah menyantapnya di sebuah warung saat berziarah ke makam Sunan Muria. Disebut pecel pakis karena ada daun pakis dalam menu pecelnya. Daun pakis ini banyak dijumpai di lereng gunung Muria.

Nasi pecel pakis, kuliner khas Kudus, ada di Menara Fodd Court, tepatnya di Kedai Rasa Barokah. (Badiatul Muchlisin Asti)
Saya mengupas pecel pakis dan sejarahnya di buku saya Riwayat Kuliner Indonesia: Asal-usul, Tokoh, Inspirasi, dan Filosofi yang terbit tiga tahun lalu, pada tahun 2022, dan saat ini buku tersebut masih ready dan bisa dipesan di lokapasar Shopee atau via WhatsApp: 0888-255-1977.

Istri saya juga pesan di kedai itu. Ia memilih pesan nasi pecel Madiun. Sedang Hanum memilih pesan ayam bakar di kedai yang lain.

Karena sepertinya satu porsi nasi pecel pakis belum akan mengenyangkan saya, akhirnya, sembari menunggu nasi pecel pakis pesanan saya, saya juga memesan menu lainnya lagi. Pilihan saya jatuh pada sega santri di Kedai Warmie dan Sego Santri. Namanya unik, membuat saya penasaran.

Nasi pecel Madiun juga ada di Kedai Rasa Barokah. (Badiatul Muchlisin Asti)
Saat ini, dan insyaallah untuk seterusnya, saya menjalani intermittent fasting (IF) 18/6. Dalam arti, 18 jam jendela puasa dan 6 jam jendela makan. Saya biasa memulai makan (sarapan) pukul 11.00 dan berhenti makan pukul 17.00. 

Namun, karena saya berangkat dari rumah sebelum pukul 11.00 (belum masuk jendela makan) dan tiba di Kudus sudah masuk waktu salat Jumat, maka saya menunda makan hingga setelah menunaikan salat Jumat. Saya tiba di Menara Food Court sekitar pukul 12. 45. Tak terlampau lapar sih karena memang saya biasa lapar.

Saya pesan dua porsi, satu nasi pecel pakis dan satu sega santri, sebenarnya lebih ke tuntutan ingin mencicipi cita rasa menu-menu di pusat kuliner yang baru saya datangi. Test case rasa, istilahnya. Bila cocok, sangat mungkin saya akan repeat order alias mendatangi lagi pusat kuliner ini, untuk menjelajah menu lainnya, pada kesempatan yang lain.

Sega Santri, Menu ala Santri   

Kalau pecel pakis mungkin tak perlu saya jelaskan, karena sebenarnya ya seperti nasi pecel pada umumnya, namun ada daun pakis dalam kondimen sayurannya. Begitu pun nasi pecel Madiun yang dipilih istri saya.

Pecel Madiun memang agak lebih kompleks pugasnya. Ada serundeng manis, orek tempe, dan kemangi mentah, yang membuat nasi pecel Madiun terasa khas. Lauk khasnya rempeyek.

Sego santri di Menara Food Court Kudus. Menu minimalis ala santri yang ditawarkan mengingat food cout ini memang berada di kawasan pensantren. (Badiatul Muchlisin Asti)
Adapun sega santri ternyata adalah menu minimalis yang mungkin biasa disantap santri saat di pondok. Sega santri berupa nasi dengan lauk telur dadar dan satu buah kerupuk uyel, dengan pelengkap sambal, abon, dan dua potong mentimun sebagai lalap.

Meski minimalis, menyantap sega santri ada sensasinya sendiri. Sambalnya enak dengan tone gurih, manis, dan pedas. Tambahan abon membuat serasa kembali menjadi santri, dalam arti makan dengan lauk yang sangat minimalis dan apa adanya.

Tempatnya Nyaman

Menurut saya, Menara Food Court ini prospektif sebagai jujugan kuliner keluarga saat sambangan santri. Lokasinya yang strategis, hanya berjarak 50 meter saja dari Masjid Menara Kudus, menjadikan pusat kuliner ini juga tepat sebagai jujugan kuliner para peziarah makam Sunan Kudus.

Apalagi tempatnya juga nyaman, meski sebagai tempat makan keluarga, mejanya terlalu sempit. Mungkin bisa diperlebar lagi, biar enak dan lebih nyaman bila pesan makan banyak untuk satu keluarga.

Konsep pusat kuliner ini, sebagaimana Pusat Kuliner Warkit Reborn, menerapkan pembayaran satu pintu melalui satu kasir.


Menurut informasi yang saya dapatkan dari salah satu penjual di Menara Foud Court, pusat kuliner ini baru berdiri sejak awal bulan Juli 2025. Sehingga baru berjalan sekitar dua bulan. Namun, ketika saya cek di akun Instagram-nya, pusat kuliner ini sudah eksis sejak awal tahun 2024.

Dugaan saya, mungkin sebelumnya memiliki konsep berbeda. Karena sebagai orang yang sering ke Kudus dan mondar-mandir lewat ruas Jalan Menara, saya baru mengetahui pusat kuliner ini sebulan sebelumnya atau awal bulan Agustus lalu.

Melihat lokasi yang strategis, tempat yang nyaman, dan variasi menu yang banyak (bisa ditingkatkan lagi variasinya), saya yakin pusat kuliner ini punya prospek yang menjanjikan sebagai salah satu jujugan kuliner favorit di Kudus. Kuncinya mungkin terletak pada: cita rasa menu yang secara umum enak (minimal tidak mengecewakan), kualitas pelayanan, dan publisitas serta strategi promosi yang efektif.

Daftar Isi

 


 


Formulir
Tautan berhasil disalin