![]() |
Dari kiri Badiatul Muchlisin Asti (Ketua Umum JPIN Pusat), Muhammad Adib (Ketua JPIN Grobogan), dan Lia Herliana (penulis buku cerita anak). (Foto: Dok SMP Muhammadiyah Purwodadi) |
Apa beda penulis dan pengarang? Bagaimana membuat tulisan yang baik dan menarik? Bagaimana memulai menulis sehingga dapat menghasilkan tulisan yang sukses? Bagaimana bila mau jadi penulis tapi tidak suka membaca? Bagaimana mengatasi rasa malas membaca dan menulis?
Itulah di antara pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta Seminar Jurnalistik dengan mengangkat tema “Asyiknya Dunia Menulis dari Fiksi sampai Non-Fiksi” yang diadakan oleh Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMP Muhammadiyah Purwodadi, pada Sabtu (22/2/2014) di aula sekolah setempat.
Seminar yang diikuti 68 siswa itu menghadirkan pembicara Ketua Umum Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN), Badiatul Muchlisin Asti, dan Lia Herliana, penulis cerita anak dari Purwodadi, dengan moderator Muhamad Adib, Ketua JPIN Cabang Grobogan.
Lia Herliana dalam paparannya menyatakan, menulis adalah sarana ekspresi dan berbagi pengetahuan kepada banyak orang. Saat sedang galau, sedang jengkel dengan orangtua, sedang marah, sedang jatuh cinta, dan lain sebagainya, bisa diekspresikan dalam tulisan.
“Dengan menuliskan perasaan yang sedang dipendam, maka hati akan menjadi lega,” tutur ibu rumah tangga yang telah menulis sejumlah buku cerita anak ini.
Menurut Lia, menulis juga merupakan sarana berbagi pengetahuan kepada sebanyak-banyaknya orang. Misalnya sebuah buku, yang berisi sebuah ide, akan dibaca oleh beribu-ribu orang. Karenanya dengan menulis buku, seorang penulis bisa mengabarkan idenya kepada banyak orang, bahkan di berbagai belahan dunia.
Menjawab pertanyaan peserta, dapatkah seorang menjadi penulis tanpa suka membaca? Penulis kelahiran Jakarta, 7 April 1977 ini menyatakan, penulis yang tidak suka membaca ibarat seorang koki yang hanya bisa masak masakan itu-itu saja.
“Bisanya masak sayur asem mulu, nggak bisa memasak masakan-masakan lain seperti spagheti, dan sebagainya,” tuturnya.
Menulis, menurut ibu 3 anak ini, dimulai dari mencari ide. Ide bisa diperoleh dari mana-mana. Bisa dari membaca buku, membaca koran, bahkan saat menonton sinetron atau acara infotainment.
Lia menceritakan, pernah membuat cerita yang idenya berasal dari menonton tayangan sebuah acara di televisi. Fakta yang didapatkan dari menonton tivi itu lalu diolah menjadi sebuah cerita.
Tulisan yang Menarik, Tulisan yang Inspiratif
Sementara itu, pembicara lain Badiatul Muchlisin Asti menyatakan, menulis adalah dunia yang sangat luas yang bisa dimasuki oleh siapa pun, dengan latar belakang profesi apapun. Seorang dokter, bisa menjadi penulis. Seorang guru, bisa menjadi penulis. Seorang fotografer, bisa menjadi penulis. Seorang pengusaha, bisa menjadi penulis. Dan seterusnya.
“Intinya, dengan menulis, seseorang bisa berbagi gagasan, ilmu, dan pengalaman, sesuai dengan profesinya masing-masing. Bayangkan kalau tidak ada yang mau menulis, dunia akan sepi dan mandeg, tidak akan dinamis dan berkembang,” tutur penulis yang telah menulis lebih dari 50 buku itu.
Menjawab pertanyaan tentang beda penulis dan pengarang, Direktur Penerbit Oase Qalbu Group itu menyatakan, dari asal-usul katanya, pengarang lebih pas ditujukan kepada mereka yang menghasilkan karya-karya yang berbasis imajinasi atau fiksi, seperti cerpen dan novel.
Sedangkan penulis lebih pas dinisbatkan kepada mereka yang menghasilkan karya-karya yang berbasis opini dan fakta, seperti artikel, resensi, feature, dan sebagainya.
“Namun saat ini, dikotomi penulis-pengarang itu menjadi tidak penting, karena pada kenyataannya keduanya sama-sama disebut penulis,” jelas Badiatul.
Menyinggung tulisan yang baik dan menarik, Badiatul Muchlisin Asti menyatakan, adalah tulisan yang dapat merangsang orang untuk membaca dari awal sampai akhir tulisan. Sedang dari sisi konten, tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat memberi inspirasi dan informasi yang bermanfaat kepada pembacanya.
Lebih jauh pendiri dan Ketua Umum JPIN itu menyatakan, agar dapat membuat tulisan yang baik dan menarik, seorang penulis perlu terus berlatih dengan sabar dan tekun. Di samping itu, juga perlu banyak membaca, karena dengan membaca, seorang penulis menambah pengetahuan dan menambah perbendaharaan kosa kata, sehingga saat menulis, ia bisa memilih diksi yang tepat dan memikat untuk tulisannya.
Menyiapkan Media Sekolah
Acara seminar jurnalistik berlangsung seru. Apalagi Tim Nasyid SMP Muhammadiyah Purwodadi yang pernah menyabet juara pertama dalam Kompetisi Nasyid Sekolah Tingkat Kabupaten Grobogan itu tampil menghibur peserta seminar dengan sebuah lagu reliji yang dipopulerkan Opick dengan judul “Tombo Ati”.
Kepala SMP Muhammadiyah Purwodadi, Ahmad Saruju, S.Ag menyatakan, seminar jurnalistik ini diadakan dalam rangka memotivasi siswa agar gemar menulis sekaligus sebagai upaya menyiapkan program mading sekolah. Pihaknya berharap dari seminar ini tumbuh semangat di kalangan siswa untuk menulis sebagai bentuk kecerdasan linguistik.