GpOpBUdpGSz7TfA0TSG7TpAlTi==

Headline:

Keseruan Membersamai HIMPAUDI Grobogan Menyiapkan Buku Trilogi

Saya (kiri) saat menyampaikan pengantar materi teknis penulisan esai dan true story yang diselenggarakan Litbang HIMPAUDI Kabupaten Grobogan pada Sabtu (26/4/2025) di aula BLK Purwodadi. (Dokumentasi panitia) 

Pelatihan menulis tak selalu berpretensi melahirkan penulis. Bisa juga pelatihan 'sekadar' melatih kemampuan dasar menulis untuk keperluan administratif seperti surat-menyurat, proposal, laporan, dan lain sebagainya.

Jalan Panjang Melatih Menulis

Sejak menekuni dunia menulis tahun 1994, beberapa tahun kemudian saya mulai diundang mengisi pelatihan menulis. Setidaknya sejak tahun 1999, saya sudah biasa diundang mengisi pelatihan menulis.

Peserta pelatihannya sejak usia SMP hingga mahasiswa, bahkan guru dan umum. Jumlah pesertanya mulai yang puluhan hingga ratusan, bahkan pernah mengisi pelatihan dengan peserta tak kurang dari 450 orang.

Tentu, bila bicara efektifitas, pelatihan dengan jumlah terbatas lebih efektif daripada peserta dengan jumlah yang banyak.

Jumlah peserta pelatihan yang banyak, yang jumlahnya bisa mencapai ratusan, bagi saya, lebih merupakan even yang sifatnya motivasi dan syiar literasi ketimbang efektif melahirkan penulis.

Kendati yang jumlah sedikit peserta pelatihannya, juga tidak menjamin para pesertanya akan otomatis menjadi seorang penulis.

Dunia menulis itu dunia sunyi. Hanya orang-orang tangguh yang kuat melakoni ‘tirakat’ dan ‘riadat’-nya. Karena itu, seberapa sering pun seseorang ikut pelatihan menulis, bila tidak kuat melewati proses, maka ya seumur-umur tidak akan pernah jadi penulis. 

Sebaliknya, tak pernah ikut pelatihan, tapi tekun berjibaku menempuh jalan kepenulisan, ya orang seperti ini yang insyaallah akan ‘dipertemukan’ dengan takdir sebagai seorang penulis.

Maka, setiap kali saya menerima undangan mengisi pelatihan menulis, berapa pun jumlah pesertanya, saya tak pernah berekspektasi setelah pelatihan para peserta ujug-ujug piawai menulis.

Sepenuhnya saya menyadari, tugas saya hanya memotivasi, mengurai benefit-benefit menulis yang menurut saya sangat aduhai dalam kehidupan, menunjukkan kepada mereka rute jalan menjadi seorang penulis, cara-cara efektif menulis, dan lain-lain. Setelahnya, semuanya berpulang ke peserta masing-masing.

Banyak yang di ruang pelatihan semangatnya sangat memukau, terbakar gairahnya, tapi begitu pulang ke rumah, kembali berjibaku dengan rutinitas, semangat dan gairah itu perlahan meredup, lalu hilang tak berbekas.

Undangan dari HIMPAUDI Grobogan

Suasana pelatihan menulis esai dan true story yang berlangsung seru dan sangat interaktif. (Dokumentasi panitia)
Kesadaran itulah yang tetap saya jaga sepenuhnya saat menerima permintaan mengisi pelatihan menulis oleh HIMPAUDI Grobogan.

Sebelum bulan Ramadan, tepatnya Sabtu, 22 Februari 2025, saya dihubungi Pak Hasan Al-Azhar, pengurus Bidang Litbang HIMPAUDI Kabupaten Grobogan, melalui messenger. Mewakili pengurus HIMPAUDI, Pak Hasan menyampaikan keinginan mengadakan pelatihan menulis untuk anggota HIMPAUDI Kabupaten Grobogan.

Hari Seninnya, 24 Februari 2025, Pak Hasan Al-Azhar silaturahmi ke rumah saya untuk membicarakan terkait pelatihan menulis itu. Dari Pak Hasan, saya mendapatkan informasi bahwa HIMPAUDI Grobogan ingin membuat buku antologi artikel dari para pendidik PAUD se-Kabupaten Grobogan sebanyak tiga  judul (trilogi). Menurut rencana, buku trilogi itu akan dilaunching pada hari ulang tahun HIMPAUDI bulan Agustus mendatang.

Pak Hasan meminta saran dari saya pelatihan apa yang pas untuk tujuan itu. Maka, saya sarankan mengadakan pelatihan menulis esai dan kisah nyata (true story). Out put-nya, setelah peserta mendapatkan materi teknis penulisan esai dan kisah nyata, mereka bisa langsung praktik dan menuliskannya, lalu hasil tulisan mereka dibukukan dalam buku antologi.

Sekitar dua bulan kemudian, pada Sabtu, 26 April 2025, puji syukur kepada Allah Ta’ala, pelatihan itu akhirnya telah terlaksana bertempat di aula Balai Latihan kerja (BLK), Jalan Gajahmada 30, Purwodadi. Pelatihan diikuti tidak kurang 70 peserta.

Pelatihan berlangsung lancar dan seru. Para pendidik PAUD yang hadir sebagai peserta mengikuti materi yang saya sampaikan dengan baik dan seksama. Juga antusias. Saat saya meminta mereka memberi sudut pandang terkait sebuah foto yang saya tampilkan lewat salindia, sejumlah mereka langsung merespons dengan tunjuk jari.

Saya pun bilang ke mereka, dengan hanya melihat foto, ternyata ide menulis sudah bisa muncul berikut sudut pandang yang berlainan antar peserta satu dengan peserta lainnya. 

Berfoto bersama dengan peserta pelatihan, panitia, dan Kabid PMPTK Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan, Sudrajat Dangu Asmoro. (Dokumentasi panitia)
Bahkan, pelatihan berlangsung sangat interaktif. Saat sesi tanya jawab, mereka banyak yang tunjuk jari dan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh materi lebih dalam dari saya.

Keseruan pelatihan membuat optimisme di satu sisi, tapi di sisi lain saya juga realistis. Kepiawaian menulis tidak serta merta dikuasai peserta setelah mengikuti pelatihan dengan saya. Apalagi hanya tiga jam.

Menikmati Proses Menjadi Penulis

Kepiawaian menulis memang tidak bisa instan. Kepiawaian menulis melalui proses latihan yang kontinu dan berkelanjutan.

Seperti pertanyaan seorang pendidik PAUD yang disampaikan kepada saya, selain membaca, apa saja yang bisa mengantar kita bisa menulis dengan baik?

Saya pun bilang: berlatihlah menulis secara kontinu. Ibarat pelari butuh joging harian, seorang penulis juga perlu latihan menulis setiap hari, untuk melemaskan ‘otot’ menulisnya.  

Setiap hari kita melihat langit, melihat bulan, melihat matahari, melihat dedaunan yang diembus angin, dan seterusnya, namun belum tentu kita bisa menuliskan sebagus-bagusnya dalam tulisan.

Menulis itu, kata saya, seperti orang belajar naik sepeda. Tak ada sejarah orang belajar naik sepeda langsung bisa. Pasti jatuh bangun berkali-kali. Namun setelah bisa, kita bisa naik sepeda dengan ngebut, bahkan cul tangan.

Begitu pun tak ada orang yang berlatih menulis langsung bisa menulis bagus. Pasti mengalami proses yang panjang, dan berliku. Setelah bisa, menulis terasa begitu mudah. Peristiwa sederhana, di tangan seorang penulis, bisa ditulis dengan sentuhan yang dalam, bermakna, dan menyentuh hati pembaca.

Saya tak berekspektasi semua peserta menjadi penulis. Tapi, diam-diam, saya tetap berharap ada di antara para pendidik PAUD yang mengikuti pelatihan itu, tergerak untuk menempuh jalan sebagai seorang penulis. Mau menikmati proses, hingga kelak menikmati hasilnya.

Apalagi, menurut saya, menulis merupakan habit positif yang perlu dikembangkan oleh para pendidik, termasuk pendidik PAUD. Ada banyak benefit yang akan diperoleh dari kebiasaan menulis, di antaranya kecerdasan (intellectual value), pendidikan (educational value), dan filsafat (philosophical value).

Seorang guru yang menulis akan meningkat daya intelektualistasnya, semakin kaya wawasan dan kebijaksanaan, karena kebiasaan menulis umumnya diawali dari tradisi membaca.

Benefit itu, selain akan dirasakan seorang pendidik PAUD secara personal, juga secara profesional akan sangat membantu tugasnya mendidik generasi bangsa. Jadi, saya tunggu karyanya ya. Jaga semangatnya!

Dan, di penghujung acara, hati saya pun bergetar ketika Hymne HIMPAUDI panjenengan semua senandungkan pada sesi penutupan pelatihan. Jujur, saya baper dan sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menitikkan air mata. Saya sangat terharu.

Di bawah panji HIMPAUDI
Kami berbakti dan mengabdi
Membangun kejayaan anak negeri
Dengan pendidikan anak usia dini
Suri tauladan erat terpatri
Wahai insan HIMPAUDI
Tertitip rasa bangga kami
Di bawah panji HIMPAUDI

Di benak saya, terbayang perjuangan berat para pendidik PAUD menyiapkan kejayaan anak negeri. Dan saya yakin, panjenengan semua mengabdi sepenuh hati, bukan sepenuh gaji. Insyaallah. 
Daftar Isi

 


 


Formulir
Tautan berhasil disalin