![]() |
Pengambilan gambar untuk video dokumenter di RM. Spesial Becek Bu Yati, pada Rabu (2/7/2025). |
Padahal kabupaten yang telah menetapkan city branding
resmi “Gumreget, Gumregah, dan Gumregut” itu sangat kaya akan warisan budaya
takbenda. Baik dalam bentuk tradisi dan ekspresi lisan; seni pertunjukan; adat
istiadat, ritual, dan perayaan; dan keahlian tradisional.
Alhamdulillah, pada akhirnya, Pemkab Grobogan melalui
Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata
(Dipsporabudpar) mempunyai inisiasi mengajukan lima warisan budaya Grobogan
untuk diajukan sebagai warisan budaya takbenda ke Kementerian Kebudayaan. Lima
warisan budaya itu adalah tayub, tari gondorio, kecap (cap Udang), swike, dan
becek.
Tentang rencana pengajuan lima warisan budaya itu, saya
dikabari langsung oleh Kabid Kebudayaan Disporabudpar Kabupaten Grobogan,
Endang Darwati. Tentu, saya menyambut baik rencana itu dan sangat
mengapresisinya.
Saya senang, karena sebagai penulis yang juga interest
dengan sejarah dan budaya Grobogan, di berbagai kesempatan saya selalu mendorong Pemkab Grobogan melakukan pengajuan WBTb bagi
sejumlah budaya Grobogan. Menurut saya, banyak warisan budaya Grobogan yang
layak dan pantas diajukan sebagai warisan budaya takbenda.
Dalam bentuk tradisi dan ekspresi lisan ada pepali Ki Ageng
Selo; dalam bentuk adat istiadat ada Asrah Batin; dan dalam bentuk keahlian
tradisional ada pande besi (Dusun Tahunan), sega pager, ayam panggang Bledug,
dan garang asem. Serta banyak lagi.
Karena itu, saya juga menyambut baik ketika Bu Endang—begitu
saya akrab menyapanya, meminta saya menjadi narasumber pembuatan video
dokumenter untuk topik swike dan becek—dua kuliner ikonis Grobogan yang memang
telah lama menjadi topik kajian dan riset saya, termasuk perlbagai kuliner khas
Grobogan lainnya.
Swike adalah kuliner akulturasi yang berasal dari dapur Tionghoa di Purwodadi. Sejak tahun 1901, swike diperkenalkan oleh
Liem Giring yang ketika itu berjualan swike dengan pikulan berkeliling Kota Purwodadi.
Meski “diterima setengah hati” karena kendala teologis, namun swike Purwodadi
tetap eksis. Saat ini, Swike Asli Purwodadi telah beralih ke generasi kelima.
Bahkan dalam perkembangannya, swike muncul dalam versi halal, seperti swike ayam dan swike entog, meski rancu dari sisi nomenklatur. Tapi sebagai bentuk kompromi, tak mengapa, karena dalam sejarah kuliner Indonesia, kompromi seperti itu jamak terjadi.
Adapun becek adalah kuliner autentik yang berasal dari hidangan pesta warga Grobogan, terutama yang tinggal di perdesaan, saat menggelar pesta hajatan seperti mantu dan sunatan. Becek juga hadir di pelbagai tradisi seperti pada tradisi Barikan di Desa Godan, Kecamatan Tawangharjo.
Di Desa Cingkrong, Kecamatan Purwodadi, becek hadir saat pesta
panen padi. Dari menu pesta dan tradisi, becek kemudian bertranformasi menjadi menu sehari-hari yang tersedia di perbagai rumah makan.
Pada Rabu (2/7/2025), saya mengikuti syuting pengambilan
gambar di dua tempat, yaitu di RM. Swike Asli Purwodadi, Jalan Kol. Sugiono 11,
Purwodadi dan di RM. Spesial Becek Bu Yati, Dusun Sukoharjo, Desa
Krangganharjo, Toroh. Sebagai narasumber, saya menceritakan sejarah dan
perkembangan swike dan becek sebagai bagian dari khazanah kuliner khas Grobogan.